





























See Also
See Again
© Shutterstock
0 / 30 Fotos
Kaizen
- Istilah kaizen diterjemahkan menjadi "perbaikan berkelanjutan" dan digunakan secara pribadi maupun sebagai filosofi bisnis, karena mendorong perubahan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi. Prinsip ini diterapkan oleh bisnis-bisnis Jepang setelah Perang Dunia Kedua, prinsip ini kemudian disebut "The Toyota Way" berkat kesuksesan besar perusahaan ini.
© Shutterstock
1 / 30 Fotos
Kaizen
- Namun kaizen bukanlah melakukan segalanya secara drastis. Ini adalah menjalankan langkah-langkah kecil dan berkelanjutan untuk menciptakan perubahan bertahap secara berkala untuk memberikan hasil yang paling signifikan. Mengeliminasi asumsi dan perfeksionisme, termasuk juga menetapkan tujuan-tujuan yang yang dapat dicapai diutamakan daripada menetapkan tujuan yang besar dalam sekali jalan.
© Shutterstock
2 / 30 Fotos
Kaizen
- Anda juga dapat menerapkannya dalam hal kebugaran, dengan berkomitmen untuk olahraga lima belas menit setiap hari alih-alih secara berlebihan berupaya untuk latihan fisik selama dua jam ketika sedang bersemangat. Dalam lingkungan pribadi dan profesional, kaizen adalah konsep yang mendorong kebiasaan positif yang rutin.
© Shutterstock
3 / 30 Fotos
Oubaitori
- Salah satu konsep Jepang kuno yang paling puitis, yang berasal dari huruf kanji (satu dari tiga sistem huruf yang digunakan di Jepang) yang melambangkan empat jenis pohon yang bersemi di musim semi: bunga sakura, persik, plum, dan aprikot. Masing-masing bunga dari tiap pohon itu akan bersemi jika sudah siap, tidak peduli dengan kesiapan jenis bunga yang lainnya. Orang yang menyaksikan juga tidak akan menilai masing-masingnya terkait kapan mulai bersemi. Apakah Anda dapat melihat maksud semua ini?
© Shutterstock
4 / 30 Fotos
Oubaitori
- Arti dalam konsep ini adalah kita semua tumbuh dan bersemi dengan kecepatan kita sendiri, jadi jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang lain. Alih-alih, kita intinya perlu bekerja dengan apa pun yang diberikan kepada kita dan meyakini bahwa kita akan mekar pada waktunya. Dengan itulah semua akan jadi indah.
© Shutterstock
5 / 30 Fotos
Oubaitori
- Membanding-bandingkan adalah pencuri kebahagiaan, sebagaimana disampaikan secara akurat oleh Theodore Roosevelt. Namun seringkali lebih mudah membuka media sosial dan merasa jutaan orang berbuat lebih baik dari diri Anda. Itu akan membuat Anda merasa tidak mampu, menghargai yang tidak kita miliki alih-alih yang kita lakukan, dan ini adalah lereng yang licin dan berbahaya yang harus dihindari dengan segala cara.
© Shutterstock
6 / 30 Fotos
Mottainai
- Istilah Jepang mottainai bisa merupakan kata seru yang diterjemahkan sebagai "Sia-sia banget!" dan acapkali digunakan untuk mengekspresikan rasa menyesal karena tidak merawat sesuatu dengan baik atau tidak memaksimalkan potensinya. Ini berpusat pada keyakinan bahwa kita harus menghargai sumber-sumber daya yang kita miliki dan menggunakannya dengan rasa syukur dan niat yang baik.
© Shutterstock
7 / 30 Fotos
Mottainai
- Filosofi ini berfokus pada pentingnya tidak memboroskan sumber daya apa saja, mulai makanan dan air hingga energi dan waktu. Menggunakan kembali wadah, tas, dan bersikap konservatif terhadap waktu mandi adalah sedikit contoh untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang, yang semua itu adalah bagian dari mottainai.
© Shutterstock
8 / 30 Fotos
Mottainai
- Ada kesedihan tersendiri terkait konsumsi yang berlebihan dan ini diabadikan ke dalam filosofi tersebut. Seperti merek ritel Uniqlo yang telah mengadopsinya sebagai bagian dari kode etik internal. Ada juga rasa syukur terhadap alam dalam konsep itu, yang mendorong untuk bertindak menghormati sumber-sumber daya yang berharga tersebut. Kita semua bisa mempraktikkannya dengan secara sengaja mengurangi konsumsi dan limbah untuk memastikan dunia lebih berkelanjutan.
© Shutterstock
9 / 30 Fotos
Wabi-sabi
- Wabi-sabi adalah konsep yang mendorong untuk menemukan keindahan pada yang tidak sempurna dan tidak permanen, dan mempraktikkan rasa syukur untuk siklus hidup alami yang terus bergerak.
© Shutterstock
10 / 30 Fotos
Wabi-sabi
- Inilah filosofi Zen Buddha, yang menerima tiga prinsip dasar: tidak ada yang abadi, tidak ada yang selesai, dan tidak ada yang sempurna. Segalanya, termasuk kita, berada pada kondisi mengalir yang terus menerus, dan karena semua itu sementara dan tidak pernah selesai, konsep ini mengingatkan kita untuk berjuang demi keunggulan, bukan kesempurnaan.
© Shutterstock
11 / 30 Fotos
Wabi-sabi
- Secara individu, konsep ini dapat diterapkan dalam hubungan kita, dengan menahan diri dari menilai orang tidak mampu berubah, dan seiring dengannya belajar untuk menerima diri kita sendiri dan kekurangan orang lain.
© Shutterstock
12 / 30 Fotos
Kintsugi
- Kintsugi, juga disebut sebagai kintsukuroi, adalah seni Jepang untuk memperbaiki tembikar yang rusak dengan pernis emas atau perak. Ketika ada mangkuk yang pecah, itu tidak dibuang, melainkan disatukan kembali dengan kesabaran, retakannya tidak disembunyikan tetapi malah ditonjolkan.
© Shutterstock
13 / 30 Fotos
Kintsugi
- Penghormatan terhadap bahan dan perayaan terhadap hasilnya yang tidak sempurna memberikan hasil akhir yang menakjubkan, yang mungkin lebih indah dari aslinya. Ini mengombinasikan wabi-sabi, yang menghargai ketidaksempurnaan, dan mottainai, yang menghindari kesia-siaan.
© Shutterstock
14 / 30 Fotos
Kintsugi
- Ini adalah pengingat bahwa kita dibolehkan untuk rapuh, kita bisa pecah, dan kita bisa menyatukan kembali kepingan-kepingan diri kita untuk kemudian muncul kembali lebih cantik dari sebelum-sebelumnya dan bangga terhadap masa lalu kita. Istilah itu sendiri diterjemahkan sebagai "perjalanan emas" dan menyoroti betapa terhormatnya jalan yang merangkul kekurangan kita sendiri.
© Shutterstock
15 / 30 Fotos
Mono no aware
- Istilah ini secara harfiah diterjemahkan sebagai "kekuatan emosi segala sesuatu" atau emosi kuat yang bisa ditimbulkan oleh hal-hal di dunia ini kepada diri kita, tetapi konsepnya adalah kesadaran pahit akan sifat tidak kekal segala sesuatu. Ini berpusat pada empati yang mendalam terhadap waktu yang cepat berlalu dan ketidakkekalan segalanya - seperti masa muda kita, musim, percintaan - dan menyadari bahwa semua akhirnya akan pudar dan sirna.
© Shutterstock
16 / 30 Fotos
Mono no aware
- Tetapi alih-alih merasa sedih, ini mendorong kita untuk mengapresiasi bahwa ketidakkekalan segala hal adalah yang menjadikannya indah. Dalam praktiknya, kita bisa bersyukur dan bergembira pada keindahan momen hari ini tanpa harus terikat dengannya.
© Shutterstock
17 / 30 Fotos
Mono no aware
- Di masyarakat hari ini, kita menjadi begitu terikat dengan berbagai hal dan kecanduan untuk mengabadikan momen - pikirkan tentang stres yang mungkin dirasakan untuk mengambil foto momen yang indah atau sedih kaena kehilangan kesempatan merekam sesuatu. Konsep Jepang kuno ini mendorong kita untuk mengapresiasi sifat sementara momen yang paling indah dalam hidup, dan dengan demikian meredakan stres dan kesedihan yang tidak penting akibat menangisi hal-hal yang tanpa bisa kita hindari akan sirna seiring waktu.
© Shutterstock
18 / 30 Fotos
Shu ha ri
- Shu ha ri adalah konsep bela diri Jepang yang dapat diterjemahkan sebagai "ikuti, pisahkan diri, dan lampaui", dan ini menjelaskan tahap-tahap perjalan belajar hingga menguasai. Mahaguru Aikido Endo Seishiro menyimpulkan tiga tahapan, pertama adalah shu, yang mencakup mengulangi berbagai bentuk dan mendisiplinkan diri sehingga kita bisa meniru cara yang benar melakukan sesuatu tanpa menyimpang.
© Shutterstock
19 / 30 Fotos
Shu ha ri
- Langkah berikutnya, ha, dicapai setelah mempelajari bentuk yang benar, dan hanya dengan itu kemudian bisa mulai melakukan inovasi—dengan kata lain, Anda harus belajar aturannya sebelum melanggarnya, sehingga Anda bisa melanggar dengan cerdas.
© Shutterstock
20 / 30 Fotos
Shu ha ri
- Tahap akhirnya adalah ri, yakni bentuk tersebut dapat ditinggalkan sepenuhnya dan teknik baru yang kreatif bisa muncul. Selanjutnya kita bisa bertindak sesuai hati dan pikiran tanpa ragu-ragu dan tanpa menabrak hukum yang berlaku.
© Shutterstock
21 / 30 Fotos
Ikigai
- Ikigai adalah konsep Jepang yang kurang lebih diterjemahkan sebagai "alasan untuk menjadi", atau "sesuatu yang menjadikan hidup layak dijalani". Ini adalah keadaan sejahtera yang disebabkan oleh kesetiaan terhadap aktivitas-aktivitas yang dapat dinikmati, yang pada akhirnya mengarah pada rasa pemenuhan dalam hidup, menurut ahli psikologi Jepang Michiko Kumano.
© Shutterstock
22 / 30 Fotos
Ikigai
- Ini adalah ide bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang mereka bergairah terhadapnya, dan dengan mengejar gairahnya mereka akan mendapatkan kebahagiaan. Apa alasan Anda bangun di pagi hari? Apa hal yang paling sering Anda lamunkan? Apa yang memotivasi Anda? Itu semua adalah cara Anda untuk mengeksplorasi ikigai. Orang Jepang bilang, mereka yang punya tujuan dalam hidup akan hidup lebih lama.
© Shutterstock
23 / 30 Fotos
Gaman
- Gaman adalah istilah Jepang yang berasal dari Zen Buddha, yang sering diterjemahkan sebagai "ketahanan" atau "kegigihan". Inilah kebijaksanaan yang berpusat pada mempertahankan kesabaran dan kehormatan melalui berbagai situasi yang tampaknya tak tertahankan.
© Shutterstock
24 / 30 Fotos
Gaman
- Acapkali diasosiasikan dengan sifat tabah dan tangguh, prinsip ini berfokus pada ketahanan menghadapi situasi-situasi penuh tantangan tanpa mengeluh atau menyerah. Dibutuhkan kekuatan emosional yang besar, tetapi terkadang keluhan dan pembicaraan negatif dengan diri sendiri mengakibatkan munculnya hambatan-hambatan baru bagi diri kita sendiri. Gaman mendorong kekuatan mental dan emosional untuk terus berjalan meskipun situasinya sulit.
© Shutterstock
25 / 30 Fotos
Shikata ga nai
- Istilah Jepang ini kurang lebih diterjemahkan sebagai "ini tidak bisa ditolong", atau "tidak ada yang bisa dilakukan untuk itu". Ini adalah cara lain untuk mengatakan "ini apa adanya", dan ini digunakan untuk mengekspresikan penerimaan ketika menghadapi situasi sulit.
© Shutterstock
26 / 30 Fotos
Shikata ga nai
- Konsep ini mendorong kita untuk menerima ketika sesuatu tidak bisa kita kendalikan dan berdamai dengan itu. Dengan itu Anda dapat mengurangi frustrasi yang berlebihan, stres, dan ketidakbahagiaan terhadap hal-hal yang tidak bisa diubah, dan alih-alih memfokuskan pada rentang yang bisa kita jangkau untuk bertindak.
© Shutterstock
27 / 30 Fotos
Omotenashi
- Ekspresi Jepang ini berasal dari upacara teh tradisional dan kurang lebih menjelaskan konsep keramahtamahan, keluwesan, dan perhatian penuh. Ini adalah memberikan layanan terbaik tanpa mengharapkan balasan apa pun.
© Shutterstock
28 / 30 Fotos
Omotenashi
- Istilah ini menjadi populer setelah figur TV Jepang, duta untuk pengajuan Tokyo 2020, mempopulerkan konsep ini dalam pidatonya di Komite Olimpiade Internasional. Ini adalah bagian penting kebudayaan dan masyarakat Jepang dan cara yang hebat bagi kebudayaan lainnya untuk belajar bagaimana gestur keramahan sederhana bisa membuat orang merasa nyaman. Sumber: (Oishya) (Better Humans) (Culture Trip) (Accenture)
© Shutterstock
29 / 30 Fotos
© Shutterstock
0 / 30 Fotos
Kaizen
- Istilah kaizen diterjemahkan menjadi "perbaikan berkelanjutan" dan digunakan secara pribadi maupun sebagai filosofi bisnis, karena mendorong perubahan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi. Prinsip ini diterapkan oleh bisnis-bisnis Jepang setelah Perang Dunia Kedua, prinsip ini kemudian disebut "The Toyota Way" berkat kesuksesan besar perusahaan ini.
© Shutterstock
1 / 30 Fotos
Kaizen
- Namun kaizen bukanlah melakukan segalanya secara drastis. Ini adalah menjalankan langkah-langkah kecil dan berkelanjutan untuk menciptakan perubahan bertahap secara berkala untuk memberikan hasil yang paling signifikan. Mengeliminasi asumsi dan perfeksionisme, termasuk juga menetapkan tujuan-tujuan yang yang dapat dicapai diutamakan daripada menetapkan tujuan yang besar dalam sekali jalan.
© Shutterstock
2 / 30 Fotos
Kaizen
- Anda juga dapat menerapkannya dalam hal kebugaran, dengan berkomitmen untuk olahraga lima belas menit setiap hari alih-alih secara berlebihan berupaya untuk latihan fisik selama dua jam ketika sedang bersemangat. Dalam lingkungan pribadi dan profesional, kaizen adalah konsep yang mendorong kebiasaan positif yang rutin.
© Shutterstock
3 / 30 Fotos
Oubaitori
- Salah satu konsep Jepang kuno yang paling puitis, yang berasal dari huruf kanji (satu dari tiga sistem huruf yang digunakan di Jepang) yang melambangkan empat jenis pohon yang bersemi di musim semi: bunga sakura, persik, plum, dan aprikot. Masing-masing bunga dari tiap pohon itu akan bersemi jika sudah siap, tidak peduli dengan kesiapan jenis bunga yang lainnya. Orang yang menyaksikan juga tidak akan menilai masing-masingnya terkait kapan mulai bersemi. Apakah Anda dapat melihat maksud semua ini?
© Shutterstock
4 / 30 Fotos
Oubaitori
- Arti dalam konsep ini adalah kita semua tumbuh dan bersemi dengan kecepatan kita sendiri, jadi jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang lain. Alih-alih, kita intinya perlu bekerja dengan apa pun yang diberikan kepada kita dan meyakini bahwa kita akan mekar pada waktunya. Dengan itulah semua akan jadi indah.
© Shutterstock
5 / 30 Fotos
Oubaitori
- Membanding-bandingkan adalah pencuri kebahagiaan, sebagaimana disampaikan secara akurat oleh Theodore Roosevelt. Namun seringkali lebih mudah membuka media sosial dan merasa jutaan orang berbuat lebih baik dari diri Anda. Itu akan membuat Anda merasa tidak mampu, menghargai yang tidak kita miliki alih-alih yang kita lakukan, dan ini adalah lereng yang licin dan berbahaya yang harus dihindari dengan segala cara.
© Shutterstock
6 / 30 Fotos
Mottainai
- Istilah Jepang mottainai bisa merupakan kata seru yang diterjemahkan sebagai "Sia-sia banget!" dan acapkali digunakan untuk mengekspresikan rasa menyesal karena tidak merawat sesuatu dengan baik atau tidak memaksimalkan potensinya. Ini berpusat pada keyakinan bahwa kita harus menghargai sumber-sumber daya yang kita miliki dan menggunakannya dengan rasa syukur dan niat yang baik.
© Shutterstock
7 / 30 Fotos
Mottainai
- Filosofi ini berfokus pada pentingnya tidak memboroskan sumber daya apa saja, mulai makanan dan air hingga energi dan waktu. Menggunakan kembali wadah, tas, dan bersikap konservatif terhadap waktu mandi adalah sedikit contoh untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang, yang semua itu adalah bagian dari mottainai.
© Shutterstock
8 / 30 Fotos
Mottainai
- Ada kesedihan tersendiri terkait konsumsi yang berlebihan dan ini diabadikan ke dalam filosofi tersebut. Seperti merek ritel Uniqlo yang telah mengadopsinya sebagai bagian dari kode etik internal. Ada juga rasa syukur terhadap alam dalam konsep itu, yang mendorong untuk bertindak menghormati sumber-sumber daya yang berharga tersebut. Kita semua bisa mempraktikkannya dengan secara sengaja mengurangi konsumsi dan limbah untuk memastikan dunia lebih berkelanjutan.
© Shutterstock
9 / 30 Fotos
Wabi-sabi
- Wabi-sabi adalah konsep yang mendorong untuk menemukan keindahan pada yang tidak sempurna dan tidak permanen, dan mempraktikkan rasa syukur untuk siklus hidup alami yang terus bergerak.
© Shutterstock
10 / 30 Fotos
Wabi-sabi
- Inilah filosofi Zen Buddha, yang menerima tiga prinsip dasar: tidak ada yang abadi, tidak ada yang selesai, dan tidak ada yang sempurna. Segalanya, termasuk kita, berada pada kondisi mengalir yang terus menerus, dan karena semua itu sementara dan tidak pernah selesai, konsep ini mengingatkan kita untuk berjuang demi keunggulan, bukan kesempurnaan.
© Shutterstock
11 / 30 Fotos
Wabi-sabi
- Secara individu, konsep ini dapat diterapkan dalam hubungan kita, dengan menahan diri dari menilai orang tidak mampu berubah, dan seiring dengannya belajar untuk menerima diri kita sendiri dan kekurangan orang lain.
© Shutterstock
12 / 30 Fotos
Kintsugi
- Kintsugi, juga disebut sebagai kintsukuroi, adalah seni Jepang untuk memperbaiki tembikar yang rusak dengan pernis emas atau perak. Ketika ada mangkuk yang pecah, itu tidak dibuang, melainkan disatukan kembali dengan kesabaran, retakannya tidak disembunyikan tetapi malah ditonjolkan.
© Shutterstock
13 / 30 Fotos
Kintsugi
- Penghormatan terhadap bahan dan perayaan terhadap hasilnya yang tidak sempurna memberikan hasil akhir yang menakjubkan, yang mungkin lebih indah dari aslinya. Ini mengombinasikan wabi-sabi, yang menghargai ketidaksempurnaan, dan mottainai, yang menghindari kesia-siaan.
© Shutterstock
14 / 30 Fotos
Kintsugi
- Ini adalah pengingat bahwa kita dibolehkan untuk rapuh, kita bisa pecah, dan kita bisa menyatukan kembali kepingan-kepingan diri kita untuk kemudian muncul kembali lebih cantik dari sebelum-sebelumnya dan bangga terhadap masa lalu kita. Istilah itu sendiri diterjemahkan sebagai "perjalanan emas" dan menyoroti betapa terhormatnya jalan yang merangkul kekurangan kita sendiri.
© Shutterstock
15 / 30 Fotos
Mono no aware
- Istilah ini secara harfiah diterjemahkan sebagai "kekuatan emosi segala sesuatu" atau emosi kuat yang bisa ditimbulkan oleh hal-hal di dunia ini kepada diri kita, tetapi konsepnya adalah kesadaran pahit akan sifat tidak kekal segala sesuatu. Ini berpusat pada empati yang mendalam terhadap waktu yang cepat berlalu dan ketidakkekalan segalanya - seperti masa muda kita, musim, percintaan - dan menyadari bahwa semua akhirnya akan pudar dan sirna.
© Shutterstock
16 / 30 Fotos
Mono no aware
- Tetapi alih-alih merasa sedih, ini mendorong kita untuk mengapresiasi bahwa ketidakkekalan segala hal adalah yang menjadikannya indah. Dalam praktiknya, kita bisa bersyukur dan bergembira pada keindahan momen hari ini tanpa harus terikat dengannya.
© Shutterstock
17 / 30 Fotos
Mono no aware
- Di masyarakat hari ini, kita menjadi begitu terikat dengan berbagai hal dan kecanduan untuk mengabadikan momen - pikirkan tentang stres yang mungkin dirasakan untuk mengambil foto momen yang indah atau sedih kaena kehilangan kesempatan merekam sesuatu. Konsep Jepang kuno ini mendorong kita untuk mengapresiasi sifat sementara momen yang paling indah dalam hidup, dan dengan demikian meredakan stres dan kesedihan yang tidak penting akibat menangisi hal-hal yang tanpa bisa kita hindari akan sirna seiring waktu.
© Shutterstock
18 / 30 Fotos
Shu ha ri
- Shu ha ri adalah konsep bela diri Jepang yang dapat diterjemahkan sebagai "ikuti, pisahkan diri, dan lampaui", dan ini menjelaskan tahap-tahap perjalan belajar hingga menguasai. Mahaguru Aikido Endo Seishiro menyimpulkan tiga tahapan, pertama adalah shu, yang mencakup mengulangi berbagai bentuk dan mendisiplinkan diri sehingga kita bisa meniru cara yang benar melakukan sesuatu tanpa menyimpang.
© Shutterstock
19 / 30 Fotos
Shu ha ri
- Langkah berikutnya, ha, dicapai setelah mempelajari bentuk yang benar, dan hanya dengan itu kemudian bisa mulai melakukan inovasi—dengan kata lain, Anda harus belajar aturannya sebelum melanggarnya, sehingga Anda bisa melanggar dengan cerdas.
© Shutterstock
20 / 30 Fotos
Shu ha ri
- Tahap akhirnya adalah ri, yakni bentuk tersebut dapat ditinggalkan sepenuhnya dan teknik baru yang kreatif bisa muncul. Selanjutnya kita bisa bertindak sesuai hati dan pikiran tanpa ragu-ragu dan tanpa menabrak hukum yang berlaku.
© Shutterstock
21 / 30 Fotos
Ikigai
- Ikigai adalah konsep Jepang yang kurang lebih diterjemahkan sebagai "alasan untuk menjadi", atau "sesuatu yang menjadikan hidup layak dijalani". Ini adalah keadaan sejahtera yang disebabkan oleh kesetiaan terhadap aktivitas-aktivitas yang dapat dinikmati, yang pada akhirnya mengarah pada rasa pemenuhan dalam hidup, menurut ahli psikologi Jepang Michiko Kumano.
© Shutterstock
22 / 30 Fotos
Ikigai
- Ini adalah ide bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang mereka bergairah terhadapnya, dan dengan mengejar gairahnya mereka akan mendapatkan kebahagiaan. Apa alasan Anda bangun di pagi hari? Apa hal yang paling sering Anda lamunkan? Apa yang memotivasi Anda? Itu semua adalah cara Anda untuk mengeksplorasi ikigai. Orang Jepang bilang, mereka yang punya tujuan dalam hidup akan hidup lebih lama.
© Shutterstock
23 / 30 Fotos
Gaman
- Gaman adalah istilah Jepang yang berasal dari Zen Buddha, yang sering diterjemahkan sebagai "ketahanan" atau "kegigihan". Inilah kebijaksanaan yang berpusat pada mempertahankan kesabaran dan kehormatan melalui berbagai situasi yang tampaknya tak tertahankan.
© Shutterstock
24 / 30 Fotos
Gaman
- Acapkali diasosiasikan dengan sifat tabah dan tangguh, prinsip ini berfokus pada ketahanan menghadapi situasi-situasi penuh tantangan tanpa mengeluh atau menyerah. Dibutuhkan kekuatan emosional yang besar, tetapi terkadang keluhan dan pembicaraan negatif dengan diri sendiri mengakibatkan munculnya hambatan-hambatan baru bagi diri kita sendiri. Gaman mendorong kekuatan mental dan emosional untuk terus berjalan meskipun situasinya sulit.
© Shutterstock
25 / 30 Fotos
Shikata ga nai
- Istilah Jepang ini kurang lebih diterjemahkan sebagai "ini tidak bisa ditolong", atau "tidak ada yang bisa dilakukan untuk itu". Ini adalah cara lain untuk mengatakan "ini apa adanya", dan ini digunakan untuk mengekspresikan penerimaan ketika menghadapi situasi sulit.
© Shutterstock
26 / 30 Fotos
Shikata ga nai
- Konsep ini mendorong kita untuk menerima ketika sesuatu tidak bisa kita kendalikan dan berdamai dengan itu. Dengan itu Anda dapat mengurangi frustrasi yang berlebihan, stres, dan ketidakbahagiaan terhadap hal-hal yang tidak bisa diubah, dan alih-alih memfokuskan pada rentang yang bisa kita jangkau untuk bertindak.
© Shutterstock
27 / 30 Fotos
Omotenashi
- Ekspresi Jepang ini berasal dari upacara teh tradisional dan kurang lebih menjelaskan konsep keramahtamahan, keluwesan, dan perhatian penuh. Ini adalah memberikan layanan terbaik tanpa mengharapkan balasan apa pun.
© Shutterstock
28 / 30 Fotos
Omotenashi
- Istilah ini menjadi populer setelah figur TV Jepang, duta untuk pengajuan Tokyo 2020, mempopulerkan konsep ini dalam pidatonya di Komite Olimpiade Internasional. Ini adalah bagian penting kebudayaan dan masyarakat Jepang dan cara yang hebat bagi kebudayaan lainnya untuk belajar bagaimana gestur keramahan sederhana bisa membuat orang merasa nyaman. Sumber: (Oishya) (Better Humans) (Culture Trip) (Accenture)
© Shutterstock
29 / 30 Fotos
11 konsep indah Jepang untuk inspirasi hidup yang lebih baik
Kebijaksanaan kuno yang kita perlu selalu perlu sesekali diingatkan
© Shutterstock
Orang telah lama menggali budaya dan filosofi Jepang, dan itu seperti sumur yang tidak pernah kering, yang perlahan mengalir menuju ke masyarakat di seluruh dunia dan menyebarkan kebijaksanaan kuno tentang hidup yang lebih bahagia, lebih seimbang, dan lebih memuaskan.
Sekarang orang beralih ke ajaran-ajaran asli yang tidak dikomersilkan tentang merawat diri sendiri, yang dapat diterapkan oleh siapa saja sekarang juga untuk memperoleh perasaan damai produktivitas, dan tujuan yang lebih besar.
Kedengarannya terlalu mudah? Cek galeri ini untuk mengetahuinya sendiri.
RECOMMENDED FOR YOU




































MOST READ
- Last Hour
- Last Day
- Last Week
-
1
LIFESTYLE Perkembangan pribadi
-
2
MOVIES Film
-
3
CELEBRITY Scientology
-
4
-
5
LIFESTYLE Exercise
-
6
LIFESTYLE Olahraga
-
7
TRAVEL Wisata mewah
-
8
LIFESTYLE Dekorasi
-
9
LIFESTYLE Relik
-
10
LIFESTYLE Astrologi